Kalau saya menyebut negara Inggris, orang-orang pasti akan sontak menyebutkan kota London, karena memang ibu kotanya, atau Manchester dan Liverpool, karena football clubnya. Mungkin memang Birmingham bukan kota favorit untuk turis dan sepertinya Birmingham City juga tidak terlalu menarik untuk para penggemar bola, tapi saya memilih untuk menetap di kota Birmingham memang bukan karena hal-hal tersebut.
Setiap saya berkata bahwa kini saya
tinggal di Birmingham kepada orang-orang Inggris lainnya yang tinggal di
luar Birmingham, mereka SELALU meng-komentari soal aksen berbicara para
Brummies karena aksen mereka memang sangat berbeda dengan British
accent lainnya – mungkin seperti di Indonesia, ada logat jawa, logat
batak, dll. Tetapi… memang aksen para Brummies itu aneh sekali, bahkan
para British yang lain saja mengaku sulit untuk memahaminya. Apalagi
saya?…. Jadi setiap mengobrol dengan orang-orang yang BENAR-BENAR asli
Birmingham, saya suka malu sendiri karena saya sering membalas dengan
“HE? SORRY PARDON?” dan akhirnya mereka mengulang lagi perkataan mereka
dengan lebih jelas. Sampai teman Brummie saya pun pernah akhirnya
mengakui dan meminta maaf: “Sorry about my accent!”.
Despite of that, Birmingham memang
terkenal sebagai kota pelajar. In fact, Birmingham is the UK’s second
largest student city to London. Ada 3 kampus besar di kota ini, dan
kampus saya bernama University of Birmingham. It is well-known as the
first redbrick university in the UK and it is hugeee. Saya sendiri
bersemangat sekali waktu pertama kali melihat kampus saya.
Saya
sebenarnya mendaftar juga ke 4 universities lain, mostly in London.
Namun, memang fate, luck, and the will of God membawa saya ke
Birmingham. Tapi, Birmingham memang kota yang enak untuk belajar, karena
– menurut saya – tidak sehectic London sehingga saya tidak terlalu
ter-distract untuk nonton musical dan konser tiap malam atau habis uang
saya karena belanja mulu. :p
Tapi memang saya akui, jika dibandingkan
dengan London, Birmingham gak terlalu punya banyak hiburan. Gak seperti
Jakarta juga, karena mall gak bertebaran dimana-mana. Walaupun
Birmingham itu second largest city in the UK, tapi tidak terasa bahwa
Birmingham itu besar karena sepertinya lahannya lebih banyak digunakan
untuk kawasan industri dan taman-taman besar. Birmingham punya satu
daerah yang kita sebut city center, karena memang disitu pusatnya
toko-toko, restoran, dan berbagai macam hal lainnya. Di city center juga
ada salah satu mall terbesar di Birmingham yang bernama Bullring dan di
depannya ada patung Bull yang akhirnya sering jadi trademark kota
Birmingham – padahal menurut saya banteng dan Birmingham tidak ada
hubungannya. Dan inilah foto si Bull yang dipakein jaket karena takut
kedinginan pas winter.
Ya, jadi kurang
lebih kehidupan saya 5 bulan terakhir ini di Birmingham hanya dari
dorm-kampus, dorm-city center, dan kampus-city center. Agak sedikit
bosen yah kedengerannya? Memang saya pun jujur saya kadang merasa
begitu, akan tetapi… apalah gunanya tinggal di UK tanpa
keliling-keliling negaranya. :) Maka dari itu, setelah hari Senin-Jumat
saya dipusingkan dengan urusan kuliah, saya sering mengadakan “weekend
getaway” ke kota-kota lain. Kota yang paling sering saya kunjungi adalah
London, karena memang pusatnya dari segala macam hal dan letaknya
dekat, dan saya juga sudah sempat mengunjungi Leeds dan Liverpool.
Tujuan saya selanjutnya adalah Manchester, dan kota-kota kecil lain
seperti York, Bath, Cambridge, dll. Semuanya mudah karena tinggal naik
train dan kita para pelajar pun dapat student discount. Yihi!
Saya sangat bersyukur karena saya merasa
nyaman disini, adaptasi tidak terlalu sulit dan orang-orang di
Birmingham pun tidak se-snob yang seperti saya bayangkan pada awalnya.
Saya kini merasa seperti punya “rumah kedua”. And walaupun sekarang lagi
musim dingin dan di luar -9 derajat, I really feel the warmth of
Birmingham and all my friends in here. <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar