Sabtu, 12 Mei 2012

BRUM



Kalau saya menyebut negara Inggris, orang-orang pasti akan sontak menyebutkan kota London, karena memang ibu kotanya, atau Manchester dan Liverpool, karena football clubnya. Mungkin memang Birmingham bukan kota favorit untuk turis dan sepertinya Birmingham City juga tidak terlalu menarik untuk para penggemar bola, tapi saya memilih untuk menetap di kota Birmingham memang bukan karena hal-hal tersebut.
Birmingham sesungguhnya adalah kota kedua terbesar di Inggris setelah London. Jaraknya kurang lebih 165 km, which is sekitar satu setengah jam naik kereta dari London. Populasinya sekitar 1,036,900 pada tahun 2010 – menurut hasil googling saya. Dan lucunya, Birmingham punya nickname yaitu “Brum” dan kita memanggil orang yang berasal dari Birmingham dengan sebutan “Brummies”. Imuts!

Setiap saya berkata bahwa kini saya tinggal di Birmingham kepada orang-orang Inggris lainnya yang tinggal di luar Birmingham, mereka SELALU meng-komentari soal aksen berbicara para Brummies karena aksen mereka memang sangat berbeda dengan British accent lainnya – mungkin seperti di Indonesia, ada logat jawa, logat batak, dll. Tetapi… memang aksen para Brummies itu aneh sekali, bahkan para British yang lain saja mengaku sulit untuk memahaminya. Apalagi saya?…. Jadi setiap mengobrol dengan orang-orang yang BENAR-BENAR asli Birmingham, saya suka malu sendiri karena saya sering membalas dengan “HE? SORRY PARDON?” dan akhirnya mereka mengulang lagi perkataan mereka dengan lebih jelas. Sampai teman Brummie saya pun pernah akhirnya mengakui dan meminta maaf: “Sorry about my accent!”.
Despite of that, Birmingham memang terkenal sebagai kota pelajar. In fact, Birmingham is the UK’s second largest student city to London. Ada 3 kampus besar di kota ini, dan kampus saya bernama University of Birmingham. It is well-known as the first redbrick university in the UK and it is hugeee. Saya sendiri bersemangat sekali waktu pertama kali melihat kampus saya.
Saya sebenarnya mendaftar juga ke 4 universities lain, mostly in London. Namun, memang fate, luck, and the will of God membawa saya ke Birmingham. Tapi, Birmingham memang kota yang enak untuk belajar, karena – menurut saya – tidak sehectic London sehingga saya tidak terlalu ter-distract untuk nonton musical dan konser tiap malam atau habis uang saya karena belanja mulu. :p
Tapi memang saya akui, jika dibandingkan dengan London, Birmingham gak terlalu punya banyak hiburan. Gak seperti Jakarta juga, karena mall gak bertebaran dimana-mana. Walaupun Birmingham itu second largest city in the UK, tapi tidak terasa bahwa Birmingham itu besar karena sepertinya lahannya lebih banyak digunakan untuk kawasan industri dan taman-taman besar. Birmingham punya satu daerah yang kita sebut city center, karena memang disitu pusatnya toko-toko, restoran, dan berbagai macam hal lainnya. Di city center juga ada salah satu mall terbesar di Birmingham yang bernama Bullring dan di depannya ada patung Bull yang akhirnya sering jadi trademark kota Birmingham – padahal menurut saya banteng dan Birmingham tidak ada hubungannya. Dan inilah foto si Bull yang dipakein jaket karena takut kedinginan pas winter.


Ya, jadi kurang lebih kehidupan saya 5 bulan terakhir ini di Birmingham hanya dari dorm-kampus, dorm-city center, dan kampus-city center. Agak sedikit bosen yah kedengerannya? Memang saya pun jujur saya kadang merasa begitu, akan tetapi… apalah gunanya tinggal di UK tanpa keliling-keliling negaranya. :) Maka dari itu, setelah hari Senin-Jumat saya dipusingkan dengan urusan kuliah, saya sering mengadakan “weekend getaway” ke kota-kota lain. Kota yang paling sering saya kunjungi adalah London, karena memang pusatnya dari segala macam hal dan letaknya dekat, dan saya juga sudah sempat mengunjungi Leeds dan Liverpool. Tujuan saya selanjutnya adalah Manchester, dan kota-kota kecil lain seperti York, Bath, Cambridge, dll. Semuanya mudah karena tinggal naik train dan kita para pelajar pun dapat student discount. Yihi!
Saya sangat bersyukur karena saya merasa nyaman disini, adaptasi tidak terlalu sulit dan orang-orang di Birmingham pun tidak se-snob yang seperti saya bayangkan pada awalnya. Saya kini merasa seperti punya “rumah kedua”. And walaupun sekarang lagi musim dingin dan di luar -9 derajat, I really feel the warmth of Birmingham and all my friends in here. <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar